PUISI PETANI
PEJUANG PETANI
Karya : Geisha
Cangkul dan bajak
Itulah senjata kami
Asa terpatri di dada
Berjuang untuk petani
Lahan kosong kami tanami
Dengan berbagai flora
Keringat membasahi tubuh
Menjadikan semangat untuk terus berjuang
Tiba masa panen
Hati kami begitu riang gembira
Namun kadang kami menangis
Kecewa dengan para tengkulak
Kami menderita di negeri merdeka
Diskriminalisasi karena mempertahankan tanah
Didikte pasar atas harga produk pangan
Diiming-iming ini dan itu dari perusahaan
Lama kelamaan sawah dan ladang kami berubah bentuk
Kearifan lokal telah lenyap
Ditelan gedung-gedung bertingkat
Tiada lagi padi menguning
Burung-burung kehilangan kesejukan
Gemercik air tak lagi terdengar
Suara kodok pun lenyap
Semua lenyap bagai dalam peti mati
Bagaimana kami bisa tertawa
Bahkan tersenyum pun tak sanggup kami beri
Kehidupan kami terhimpit
Tercabik diantara derunya suara mesin-mesin pabrik
Dimana keadilan untuk petani
Kami tersingkir dan terpinggirkan
Terpuruk dan terbelakang
Panen yang kami rindukan tiada lagi
Kemana kami harus mengadu
Nasib kami bagai bola pimpong
Dilempar ke sana dan kesini
Tiada akhir yang nyata
Wahai pelaku kebijakan
Kasihilah kami
Dengarkanlah jeritan bathin yang tak berdaya ini
Terus berjuang dan berjuang untuk kejayaan petani
Jayalah petani
Yogyakarta, 21 07 18
Karya : Geisha
Cangkul dan bajak
Itulah senjata kami
Asa terpatri di dada
Berjuang untuk petani
Lahan kosong kami tanami
Dengan berbagai flora
Keringat membasahi tubuh
Menjadikan semangat untuk terus berjuang
Tiba masa panen
Hati kami begitu riang gembira
Namun kadang kami menangis
Kecewa dengan para tengkulak
Kami menderita di negeri merdeka
Diskriminalisasi karena mempertahankan tanah
Didikte pasar atas harga produk pangan
Diiming-iming ini dan itu dari perusahaan
Lama kelamaan sawah dan ladang kami berubah bentuk
Kearifan lokal telah lenyap
Ditelan gedung-gedung bertingkat
Tiada lagi padi menguning
Burung-burung kehilangan kesejukan
Gemercik air tak lagi terdengar
Suara kodok pun lenyap
Semua lenyap bagai dalam peti mati
Bagaimana kami bisa tertawa
Bahkan tersenyum pun tak sanggup kami beri
Kehidupan kami terhimpit
Tercabik diantara derunya suara mesin-mesin pabrik
Dimana keadilan untuk petani
Kami tersingkir dan terpinggirkan
Terpuruk dan terbelakang
Panen yang kami rindukan tiada lagi
Kemana kami harus mengadu
Nasib kami bagai bola pimpong
Dilempar ke sana dan kesini
Tiada akhir yang nyata
Wahai pelaku kebijakan
Kasihilah kami
Dengarkanlah jeritan bathin yang tak berdaya ini
Terus berjuang dan berjuang untuk kejayaan petani
Jayalah petani
Yogyakarta, 21 07 18
Komentar
Posting Komentar