TEORI HUBUNGAN DALAM PENELITIAN

TEORI HUBUNGAN DALAM PENELIATIAN
OLEH : TIN DELS MARCE NDAWU, S.Pd
(PASCA SARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN)
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMAN SISWA
YOGYAKARTA 2017



                                                                         BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Tujuan penelitian adalah menemukan teori. Hasil proses penelitian adalah teori. Teori membuat manusia mempunyai ilmu pengetahuan.  Mencari teori-teori konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian merupakan langkah kedua setelah masalah penelitian dirumuskan. Setiap penelitian yang kita laksanakan haruslah berlandaskan pada teori yang sesuai dengan topik atau permasalahan yang kita teliti agar penelitian yang kita lakukan mempunyai dasar yang kuat dan tidak sekedar asal-asalan. Penelitian hubungan  mejadikan teori sebagai paduan arah penelitian. Dalam teori hubungan peneliti  mendalami variabel agar dapat melakukan pengumpulan data sehubungan dengan variabel dan menemukan kerangka argumentasi untuk menjelaskan logika hubungan variabel-variabel. Oleh karena itu, dalam teori hubungan menjadi titik tolak dan sekaligus tujuan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa kedudukan teori hubungan dalam penelitian ?
2.      Bagaimana merumuskan hipotesis pada  teori hubungan dalam penelitian ?

C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Mengetahui kedudukan teori hubungan dalam penelitian.
2.      Megetahui langkah merumuskan hipotesis pada teori dalam penelitian.






BAB II
PEMBAHASAN


A.        Pengertian Teori

Setiap penelitian selalu meggunakan teori. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuska hubunga antar konsep (Kerlinger, 1973). Teori merupaka himpunan konsep, definisi, dan proporsi yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan yang dikemukakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta-fakta) (Cooper & Emory, 1995).
Secara prinsip kedua Pengertian tersebut hampir sama, yakni bahwa teori mengandung tiga hal, yaitu :
1.      Teori adalah serangkaian proporsi antar konsep yang saling berhubungan
2.       Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan
 antar konsep
3.      Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.

Labovitz dan Hagedorn juga menambahkan bahwa teori merupakan anggapan dasar (rationale) yang menentukan bagaimana dan mengapa variabel dan pernyataan-pernyataan relasional tertentu saling terkait.  Misalnya, mengapa variabel bebas X (independent variable X) mempengaruhi atau berpengaruh terhadap variabel Y. Teori akan memberikan penjelasan mengenai prediksi tersebut. Dengan demikian, teori digunakan untuk menjelaskan sebuah model atau seperangkat konsep dan proposisi yang  sesuai dengan kejadian yang sebenarnya atau  sebagai dasar melakukan suatu tindakan yang terkait dengan sebuah peristiwa tertentu.
Merriam mengelompokkan teori kedalam tiga jenis, yaitu :
1.       Grounded Theory, menjelaskan kategori besar fenomena dan paling banyak ditemukan di ilmu pengetahuan alam. 
2.      Middle Range Theory, termasuk antara hipotesa pekerjaan kecil kehidupan sehari-hari dan teori besar secara keseluruhan. 
3.      Substantive Theory, terbatas pada suatu masalah tertentu.
Esensi (inti) definisi teori ialah bahwa teori itu haruslah menjelaskan adanya hubungan antarvariabel yang satu dengan variable yang lain. Hubungan antarvariabel itu harus memperlihatkan sifat ilmiah teori yaitu sifat logis dan bukti empiris.oleh karena itu, suatu teori ilmiah harus menjelaskan hubungan logis antarvariabel dan hubungan logis tersebut harus dapat dibuktikan secara empiris.
Mark membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakann antara lain:
     1.  Teori yang deduktif, memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran
      spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan.
     2.  Teori yang induktif, cara menerangkan adalah dari data ke arah teori.
     3. Teori yang fungsional, disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan
     teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem Pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak ia bukan suatu teori.
                                                
B.        Kedudukan Teori Hubungan Dalam Penelitian
Posisi teori dalam penelitian  adalah menjadi faktor yang sangat penting dalam proses penelitian itu sendiri, teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi dan menemukan alat analisis data. Selain itu, teori juga digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel. Teori Hubungan Dalam Penelitian meyederhanakan kompleksitas gejala degan mereduksi ke dalam ukuran yang dapat ditangani dan diukur. Ukuran dari gejala yang ditangani dan diukur itu dikenal sebagai variabel. Variable adalah hal pokok yang dipersoalkan dalam penelitian. Seluruh kegiatan penelitian, termasuk dalam pengembangan teori, akan memusatkan pengkajiannya terhadap variabel. Oleh karenanya teori yang dikembangkan dalam penelitian  adalah mengenai  variabel dan hubungannya. Teori akan memandu kearah pengumpulan data variabel dan perumusan dugaan sementara jawaban atas pertanyaan penelitian yang merupakan hubungan variabel.
Dalam teori hubungan dikembangkan sebagai usaha mencari jawaban pertanyaan penelitian. Usaha pencarian jawaban pertanyaan penelitian dengan mengembangkan teori  akan menghasilkan dua hal, yaitu :
1.      Teori memberikan pemahaman terhadap variabel-variabel yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Pemahaman terhadap variabel-variabel diperluka sebagai panduan untuk mengumpulkan data. Data-data tentang variabel kemudian akan digunakan untuk melakukan pembuktian secara empirik atas kebenaran dari hipotetik teori. Jawaban pertanyaan penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengujian meggunakan data-data empirik akan mengkonfirmasi kebenaran hipoteik teori dengan pembuktian empiris.
2.      Pengembangan teori diperlukan untuk memperoleh panduan dalam pengujian dengan mengajukan hipotesa yang kebenarannya tenatif dan berlaku pada tingkat teoritik. Kebenaran sementara yang diajukan dalam pernyataan hipotesis itu kemudian akan diuji meggunakan data yang dikumpulkan secara empiris. Kebenaran manusia tidak pernah merupakan kebenaran mutlak. Tiap penemuan akan disusul dengan satu batas ketidaktahuan baru. Bila batas itu diatasi maka ilmuwan akan menemukan ketidaktahun baru yang lebih tinggi. Pencarian kebenaran tidak akan berakhir. Tidak ada masalah yang dapat diselesaikan dengan tuntas. Tindakan yang terbaik adalah mendapatkan kesimpulan sementara didasarkan pada teori (Jasin, 1987). Kedudukan teori sebagai sumber hipotesis dan panduan pengumpul data.

1.         Teori sebagai sumber hipotesis

Dalam penelitian teori hubungan menjadi sumber bagi pengajuan hipotesis. Teori menjadi premis-premis dasar yang menjadi landasan penyusunan kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi landasan bagi peneliti untuk mengajukan dugaan kebenaran hipoesis. Kebenaran hipotesis masih bersifat dugaan yang masih harus diuji dengan menggunakan data-data empiris. Hipotesis merupakan kebenaran pada tingkat teori yang sementara diterima sambil menunggu dilakukan pegujian data-data yang dikumpulkan. Hipotesis dugaan  diajukan berdasarkan argumentasi kebenaran yang dibangun dalam keragka berpikir merupakan kesimpulan kebenaran yang ditarik secara logis dari teori-teori sebagai premis. Dalam hubungan ini maka dapat dikatakan bahwa teori merupakan sumber hipotesis.

2.            Teori sebagai panduan pegumpul data

   Teori merupakan paduan dalam pengumpulan data. Pemanduan pengumpulan data dilakukan dengan mengarahkan pada pengembangan instrument alat ukur yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam mengarahkan pengembangan alat ukur, teori membantu memberikan definisi mengenai variabel yang hendak dikumpulkan datanya. Definisi konsep dilakukan dengan memindahkan teori ke dalam bangunan konsep yang digunakan dalam penelitian. Untuk kepentingan pengukuran, definisi konsep diubah mejadi definisi operasional sehingga indikator perilaku yang mecerminkan kepemilikan variabel telah nampak. Kisi-kisi instrument dirancang sesuai dengan definisi operasional. Kisi-kisi instrumen merupakan perencanaan untuk penyusunan butir-butir instrumen alat ukur. Butir-butir instrumen yang akan menjadi alat ukur pengumpulan data dituliskan berdasarkan kisi-kisi instrumen. Sebelum butir-butir instrument alat ukur digunakan untuk megumpulka data., dilakukan terlebih dahulu uji coba untuk melihat mutunya. Selanjutnya data dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran dengan menggunakan butir-butir instrument alat ukur yang telah dituliskan dan diuji coba. Misalnya : sebuah penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Penelitian melibatkan dua variabel yaitu motivasi belajar dan prestasi belajar, sehingga pengukuran pengumpulan data dilakukan atas kedua variabel

Contoh fiktif data lima orang responden yang diukur pada kedua variabel tersebut dapat disajikan seperti pada table berikut:
 Data fiktif responden yang diukur pada variabel motivasi belajar dan prestasi belajar:

NO
Responden
Motvasi Belajar (X)
Prestasi Belajar (Y)
1
A
45
60
2
B
70
90
3
C
50
75
4
D
65
85
5
E
40
55

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori mengarahkan pengumpulan data dengan cara memberikan definisi yang jelas mengenai variabel yang hendak diukur, baik berupa definisi konseptual maupun operasional.

B.        Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul telah teruji kebenarannya secara empiris. Jumlah kelompok teori yang perlu dideskripsikan tergantung pada luasnya permasalahan dan pada jumlah variable yang diteliti. Kalau variable yang diteliti ada enam, maka jumlah teori yang dikemukakan juga ada enam. Deskripsi teori berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabelyang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Pendeskripsian teori akan memberikan gambaran apakah peneliti menguasai teori dan kontek yang diteliti atau tidak. Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedi, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variable yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sample sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

D.    Merumuskan Hipotesis

1.        Pengertian hipotesis
    Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.
Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu fakta yang dapat diamati. Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel. Apabila  peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis.Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap dua hal yakni :
      a.    Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti pada akhir  
     b.  Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak
    mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).

Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain :                                                                 
      a.   Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan variabel penyebab dan variabel
      akibat.
      b. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada ,memang ditimbulkan oleh
     penyebab itu.
      c.  Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan
     akibat tersebut.
     d.   Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
      mempunyai  kedudukan yang kuat dalam penelitian.
G.E.R brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi :
     a.  Penelitian menghitung banyaknya sesuatu
b.  Penelitian tentang perbedaan
     c.  Penelitian hubungan.
                   
2.      Kegunaan hipotesis

     Kegunaan hipotesis antara lain:
      a.  Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
               perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
     b.  Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
              penelitian.
     c.  Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
     d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan

3.       Jenis-jenis hipotesis
     Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
(1)      Hipotesis kerja atau alternatif ,disingkat Ha, hipotesis kerja menyatakan adanya
  hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
       Rumusan hipotesis kerja
a.              Jika... Maka...
b.               Ada perbedaan antara... Dan... Dalam...
    c.           Ada pengaruh... Terhadap...
(2)      Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
             Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya
             pengaruh variabel X terhadap variabel Y
        Rumusannya:
a         Tidak ada perbedaan antara... Dengan... Dalam...
b        Tidak ada pengaruh... terhadap...


Saran untuk memperoleh hipotesis:
1.      Hipotesis induktif
      Dalam prosedur induktif, penelitian merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari
      hubungan-hubungan yang diamati
2.      Hipotesis deduktif
      Dalam hipotesis ini, peneliti dapat memulai penyelidikan dengan memilih salah satu teori
     yang ada dibidang yang menarik minatnya,setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis dari
     teori ini.

4.      Menggali dan merumuskan hipotesis
Dalam menggali hipotesis, peneliti harus :
1)      Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2)      Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3)      Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.

Good dan Scates memberikan beberapa sumber untuk menggali hipotesis :
1)           Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu
2)           Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan
3)           Imajinasi dan angan-angan
4)           Materi bacaan dan literatur
5)           Pengetahuan kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
6)           Data yang tersedia
7)           Kesamaan.


Sebagai kesimpulan, maka beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat diberikan sebagai berikut :
1) Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik
2) Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaraif dan berbentuk pernyataan.

5. Menguji hipotesis              
Sesudah hipotesis dirumuskan , hipotesis tersebut kemudian diuji secara empiris dan tes logika. Untuk menguji suatu hipotesis ,peneliti harus :
1)      Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila  hipotesis tersebut benar.
2)      Memilih metode-metode penelitian yang mungkin pengamatan , eksperimental, atau prosedur lain yang diperlakukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak.
3)      Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data  atau tidak.

      Pengujian hipotesis assosiatif diuji dengan tehnik korelasi. Terdapat berbagai macam tehnik korelasi, yaitu korelasi Pearson Product Moment (r), korelasi Rasio (ɳ), korelasi Spearman Rank (ρ), korelasi Biserial (rb), korelasi Point Biserial (φ), korelasi Tetrachoric (rt), korelasi Kontinency ( C ), korelasi Kendall’s Tau ( τ ), korelasi Ganda, korelasi Parsial.  Kapan masing-masing tehnik korelasi tersebut digunakan tergantung jenis data yang dikorelasikan serta jumlah variable yang akan dikorelasikan.
Berikut contoh analisis data yang akan dikorelasikan berbentuk interval, dan dari sumber data yang sama. Untuk itu teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment.
Dalam contoh ini terdapat lima hipotesis assosiatif (hubungan), yang terdiri atas tiga korelasi sederhana  hubungan antara satu variabel independen dan satu dependen), satu korelasi ganda ( hubungan antara dua atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen ), dan satu korelasi parsial ( korelasi yang salah satu atau lebih variabelnya dikendalikan atau  dibuat tetap ). Hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan iklim organisasi
2)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan iklim kerja organisasi.
3)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara antara gaya kepemimpinan dengan situasi kepemimpinan
4)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan situasi kepemimpinan secara bersama-sama dengan iklim kerja organisasi
5)      Bila variabel situasi kepemimpinan dikendalikan atau dibuat tetap, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan iklim kerja organisasi.

Rumusan korelasi Product Moment


                            


                       


Rumus uji signifikansi korelasi Product Moment

1)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan iklim organisasi


                               




Rumus persamaan regresi sederhana ( dengan satu predikator )
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan iklim kerja organisasi

                    Y’          =  a + b X

Y’    = Nilai yang diprediksikan
a     = Konstanta atau bila harga X = 0
B     = Koefisien Regresi
X     = Nilai variabel independen

Untuk dapat menemukan persamaan regresi, maka harus dihitung terlebih dahulu harga a dan b. Setelah a dan b ditemukan, maka persamaan regresi linier sederhana dapat disusun.

3)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara antara gaya kepemimpinan dengan situasi kepemimpinan

              
                           

Hasil dari koefisien korelasi tersebut selanjutnya diuji signifikansinya dengan r tabel.
Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r table  (rh > rt ) maka Ha diterima.

4)      Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan situasi kepemimpinan secara bersama-sama dengan iklim kerja organisasi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwMcZZDYR-fOQeIY8IqTv20_eLxlPQxKihZMmmZ0ecwwHahQK3nm_LJsVxawV5weqwWIhYAVP393AwYko8KSwqxuNyyKXx_RUISgBW-AUkPHoKgcnjS1BVi7-zJvs67DdJ8B3RwhsVNyd_/s1600/30.png

Jika sudah didapat hasilnya selanjutnya dikonsultasikan dengan F table ( Ft ), dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = ( n-k-l ) dan taraf kesalahan yang ditetapkan misalnya 5%. Dalam hal ini berlaku ketentuan bila Fh > dari Fo maka koefisien korelasi ganda yang di uji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. Pada korelasi ganda dapat dilanjutkan dengan regresi ganda. Misalnya kalau ada pertanyaan bila kualitasa gaya kepemimpinan dan situasi kepemimpinan secara bersama-sama ditingkatkan sampai nilai yang optimal bagaimanakah kualitas iklim organisasinya ?
Contoh : Kualitas gaya kepemimpinan yang optimal sesuai dengan skor ideal instrument
               4 x 18 = 72 ( 4 skor tertinggi, 18 jumlah butir instrument ).
               Selanjutnya untuk situasi kepemimpinan misalnya ditingkatkan juga sampai 72 orang. Untuk memprediksi kualitas iklim organisasi maka digunakan analisis regresi ganda dua dengan persamaan.

Y’  =  a + b1X1 + b2X2

Jadi bila gaya kepemimpinan dan situasi kepemimpinan ditingkatkan sampai optimal (72) maka iklim kerja organisasinya menjadi = 48, 142 (maksimum = 56). Hal ini terjadi karena tingkat korelasinya yang rendah.

5)      Bila variabel situasi kepemimpinan dikendalikan atau dibuat tetap, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan iklim kerja organisasi.

Bila situasi kepemimpinan dikendalikan sama, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dengan situasi kepemimpinan

pengujian hipotesis tersebut menggunakan korelasi Parsial. Korelasi parsial digunakan untuk analisis atau pengujian hipotesis apabila peneliti bermaksud mengetahui pengaruh atau hubungan variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabel independennya dikendalikan (dibuat tetap). Untuk contoh : misalnya peneliti ingin mengetahui berapa besar hubungan antara kualitas gaya kepemimpinan dengan iklim kerja organisasi, bila dalam situasi kepemimpinan yang sama. Perhitungan korelasi Parsial dapat dilakukan dengan rumus berikut dimana X2 sebagai variabel  kontrol.



Untuk memudahkan membuat rumusan korelasi parsial yang baru, bila variabel kontrolnya dirubah, maka dapat dipandu dengan gambar.
 


              X1                                                                                                       Y

            
            X2






Bila X1 sebagai variabel control, maka gambar seperti :

 


              X2                                                                                                       Y

            
            X1

Maka rumus koelasi Parsialnya sebagai berikut :



Uji koefisien korelasi Parsial dapat dihitung dengan rumus :

Dimana :
        = korelasi parsial yang ditemukan
n          = jumlah sampel
t           = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel

untuk lebih memahami arti dari korelasi Parsial, gunakan analogi melalui dua contoh berikut :
1)      Korelasi antara ukuran telapak tangan dengan kemampuan bicara r . = 0,50. Hal ini berarti makin besar telapak tangan makin mampu makin mampu bicara ( bayi telapak tangannya kecil sehingga belum mampu bicara ). Padahal telapak tangan akan semakin besar  bila umur bertambah.
2)      Korelasi antara besar telapak tangan dengan umur r 1.3 = 0,7
3)      Korelasi antara kemampuan bicara dengan umur r 2.3 = 0,50
 


X1
                                                               r . = 0,50
 


                  
                   r 2.3 = 0,50                                                                Y
   
                                                            r 1.3 = 0,7
 


X2


Dari data tersebut, bila umur dikendalikan, maksudnya adalah untuk orang yang umurnya sama, maka korelasi antara besar telapak tangan dengan kemampuan bicara hanya 0,0196.















BAB III
PENUTUP


     A.    Kesimpulan                                     
Teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem Pengertian ini diperleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak ia bukan suatu teori.
Kedudukan teori sebagai sumber hipotesis dan panduan pengumpul data. Dalam penelitian kuantitatif, teori mejadi sumber bagi pengajuan hipotesis. Teori menjadi premis-premis dasar yang menjadi landasan penyusunan kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi landasan bagi peneliti untuk mengajukan dugaan kebenaran hipotesis.
Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Dalam merumuskan hipotesis, peneliti harus 1) mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.2) mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.3) mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.










DAFTAR PUSTAKA


Anshori, Muslich dan Iswati, Sri, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif(Surabaya :
AUP, 2009)

Arief Furchon, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1982) hlm. 126 

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)

Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)

Furchon, Arief, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1982)

Muslich Anshori dan Sri Iswati, buku ajar metodologi penelitian kuantitatif (Surabaya : AUP, 2009) hlm. 7

Nazir, Moh, Metode Penelitian, , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan  Kuantitatif, Kualitatif, Dan
 R &D
(Bandung  Alfabeta, 2012) halaman 182


Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif utuk Psikologi dan Pendidikan (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010) halaman 136

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI MALAM

ALAT JAHIT DAN FUNGSINYA

ETIKA DAN ESTETIKA BERBUSANA