Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

HARI INI DAN ESOK

HARI INI DAN ESOK Karya : Geisha (Puisi untuk Gempa Palu) Aku mendengar pujian Jika itu keberuntungan yang datang Aku mendengar jerit tangis Jika itu bencana melanda Hari ini kudengar suara burung bergelayut dari ranting ke ranting Esokpun masih terdengar kicauan itu Hari ini masih kudengar tawa ceriamu Esok pun masih rahasia Apakah hari ini dan esok akan sama ? Hari ini adalah titipan hari kemarin Hari esok adalah anugerah hari ini Masih kuberharap bertemu denganmu Tiba tiba semua berubah Gempa dan sunami melanda kota Palu Tiada lagi hari esok yang kunanti Kedukaan terpancar di wajah-wajah yang selamat Bersyukurlah atas apa keberuntungan hari ini Bersabarlah akan bencana yang menimpa Hidup adalah rahasia Yang Maha Kuasa Watulumbung, 20 10 18

BENCANA DAN KEBERUNTUNGAN

BENCANA DAN KEBERUNTUNGAN Karya: Geisha (Puisi untuk Gempa Palu) Setiap ucapan adalah doa Jawaban doa adalah berkah Namun itu semua hanya titipan Sekali waktu tanpa terjaga semua akan lenyap Langit dan bumi pun akan lenyap Semua rahasia Ilahi Tiada yang dapat kita perbuat Jika Tuhan berkehendak Gempa dan sunami melanda negeri Dari nyamannya rasa kehidupan Tetapi Tuhan tidak merasakan ketenangan Melihat umat-Nya dalam kemaksiatan Andai semua mahluk adalah bayi Mungkin bencana demi bencana tak akan terjadi Dunia akan damai dan sejhtera Keberuntungan pun menghiasi kehidupan Bencana yang datang adalah teguran Tuhan Keberutungan pun adalah titipan Keduanya mendiami jiwa manusia Bersemayam dalam rahasia Ilahi Bencana dan keberuntungan adalah sama Watulumbung, 20 10 18

KOTA PALU DALAM DUKA

KOTA PALU DALAM DUKA Karya: Geisha Masih kuingat rupamu yang aduhai eloknya Menawan  bagi semua wisatawan Kota yang kaya akan hasil bumi Lautan syarat akan keunikannya Pesisir pantai membentang di bibir kota Ombak membuncah memecah dikarang Nelayan sigap dengan perahu dan pukat Sarabah menghangatkan tubuh  saat bersantai di pantai Talise Kini semua lenyap Porak poranda diterjang gempa dan sunami Jerit tangis tiada pertolongan Tiada waktu menyelamatkan diri Jiwa ini sungguh berduka Saat sunami surut Mayat-mayat tak berdosa bergelimpangan Sungguh menyayat kalbu Jembatan Ponulele yang megah tak luput dari murkah alam Kebanggaan kota Palu akan keunikan wujudmu Sirna hanya dalam hitungan menit Apakah yang dapat kita banggakan jika Tuhan berkehendak ? Gempa oh gempa Kemanakah kami harus berlari agar terhindar dari amukanmu ? Kekuatan kami tak berbanding dengan energimu Ridhoi kotaku Tuhan Selapang jiwa seluas samudera Doa doa tercurah mewangi Untuk kebaik

DEAR PALU CITY

DEAR PALU CIY Karya: Geisha Rasa kantuk menyerang Tak tertahankan mata terpejam Terlelap dalam alunan musik yang syahdu Tersentak diriku saat telepon berdering Hallo... Hallo.. Masih setengah sadar aku menjawab Bagaimana keadaanmu, baik-baik sajakah? Yaa... baik Ada apa ? Gempa sunami di kota Palu Aku tersentak kaget Kapan ? Barusan di berita televisi Terimakasih sahabat-sahabatku yang sudah perhatian pada diriku Tak terbendung pertanyaan demi pertanyaan masuk Menanyakan bagaimana diriku Aku baik-baik saja karena aku di Yogyakarta Entah harus menyalakan siapa Semua rahasia Ilahi Datang dan pergi tanpa permisi Waspadalah setiap saat Yogyakarta, 29 09 18

KESEMPURNAAN CINTA

KESEMPURNAAN CINTA Karya: Geisha Aku diciptakan untuk apa Pantaskah bertanya demikian Setelah semua telah Kau berikan Tanpa menuntut balas Hari-hari yang kulalui betapa indahnya Tak satupun cela tercermin Betapa sayang dan cinta-Mu padaku Hidupku penuh sukacita Kesempurnaan cinta-Mu membuatku semakin erat Memelukmu dalam jiwa paling palung Memuji-Mu lewat mazmur dan syair Menemui-Mu dalam hening doa Tiada kuragu akan kesempurnaan cinta-Mu Yang telah aku nikmati sepanjang usiaku Hingga kini hidupku penuh kebaikan Terimakasih untuk anugerah terindah Yogyakarta, 23 09 18

BISIK KEHIDUPAN NEGERI

BISIK KEHIDUPAN NEGERI Karya:Geisha Kulayangkan pandang pada nirwana Mega berarak menghiasa angkasa Cerianya burung terbang tiada gusar Nikmat kehidupan Ilahi Gemercik air mengalir disela bebatuan Tiada kekata lelah Terus memberi kesejukan Pada bumi pertiwi Kerontang pepohonan dimusim kemarau Berguguran daun menyudahi masanya Semilir angin menghempaskannya Menguburkannya tanpa liang Jika musim berganti Semua kan menghijau Begilah bisik kehidupan negeri Ada masa yang harus dilewati Hidup dan mati Tumbuh berbuah Menanam menuai Kelak semua terjadi pada masanya 18 08 18

RADIO DAN PUISI

RADIO DAN PUISI Karya: Geisha Setiap kamis malam Hasrat membuncah ingin Menyapa sahabat melalui puisi Di studio pro 2 RRI Jogya Puisi di radio Menyatu pada goresan-goresan indah Rangkaian kekata yang syahdu Mengangkat  jiwa ke angkasa Radio dan puisi mewarta Mengikat persaudaraan Di udara maupun dunia maya Tanpa kopi darat Terimakasih radio pro 2 Jogya Puisipuisi kami telah diudarakan Jayalah terus bersama Diusia 73 tahun Yogyakarta, 11 09 18

ELEGI RDIO

ELEGI RADIO Karya: Geisha Ketika hari begitu sepi Penghiburan dari radio hadir Lagu-lagu membahana Berita-berita peristiwa negeri  tersiar Masih terkenang jasamu radio Ayahku menjadi sahabat sejati Saat pagi sambil minum kopi Radio menemani dengan berita-berita handalnya Tak luput saat siang hari Lagu keroncong meninabobokan Sungguh menjadi sahabat yang sejati Setia melayani menemani menghibur Radio menjadi pelipur lara Saat televisi belum terjangkau Sandiwara radio hadir Menjadi tontonan tanpa layar Selamat ulang tahun radio ke 73 Jayalah dalam duniamu Tetap membahana mengudara Bagi nusa bangsa Yogyakarta, 07 09 18

WISATA GEMPA

WISATA GEMPA Karya: Geisha Dari Sabang sampai Merauke Pulau Indonesia tercatat Menyebar berbudaya dengan bersuku Berbahasa daerah tapi satu tujuan Gempa oh gempa Tiada pulau yang terlewatkan lawatanmu Tak dinanti tapi engkau berkunjung Tanpa permisi masuk memporak porandakan ibu bumi "Ayo, mari bergegas  sebelum wisata gempa berkunjung !" Celoteh seorang sahabat Sebegitu seringnya gempa menyapa Hingga terhitung ratusan kali bergolak Rasa marah membuncah Pada siapa ? Lelah hati memohon harap Ridho Ilahi tak kunjung datang Ah... Kami lelah untuk takut Wisata gempa bagai hiburan Sampai kapankah ? Yogyakarta, 09 09 18

RADIO MASIH ADA

RADIO MASIH ADA Karya: Geisha Seiring merdekanya Negara Republik Indonesia Radio juga telah berkumandang Membahana diseluruh dunia Mewartakan kabar bersejarah 73 tahun mengudara tiada henti Hujan badai  terik membakar Tak meluluhkan asa penyiar-penyiar radio Mengudarakan berita negeri Kemajuan tehnologi tak membuatmu terkubur Bahkan semakin membahana Menyambut hari ulang tahun Radio Republik Indonesia ke 73 Tetap jaya mengudara Yogyakarta 06 09 18

DIANTARA GLOBALISASI

DIANTARA ERA GLOBALISASI Karya: Geisha Kumencari bukan pada semak belukar Atau ditumpukan bukubuku Lama tak bersamamu Rindu yang ingin tak terbendung Kini suaramu jarang terdengar Tereliminasi oleh era globalisasi Akses internet menghadang langkahmu Namun engkau tiada purna Era globalisasi mengantarkanmu menjelajah dunia Melalui streaming terjangkau suaramu Membahana tiada batas Menggema menggaung di dinding bumi Diantara puingpuing harap globalisasi Engkau merambat mengakar Manancapkan taring buasmu di  angkasa Hingga auman suaramu menggelegar 73 tahun usiamu kini Terseok langkahmu, netra senja, rambut perak Namun suaramu  membahana Bagai emas murni dipertambangan Jayalah RRI ke 73 Tahun Yogyakarta, 11 09 18

YO AYO

YO AYO Karya: Geisha Gempita sorak sorai membahana Memecah bagai ombak dibibir pantai Satu masa menjadi pusat perhatian Terpancar bahagia pada moment itu Yo ayo yo ayo Merdu terdengar Riang berkumandang Memecah kesunyian ketegangan Yo ayo yo ayo Memikat kalbu Menusuk merasuk jiwa yang mendengarnya Tak sadar ikut berdendang Yo ayo yo ayo Sanggup memicu semangat para atlet Berjalan berlari melompat melayang tampa ragu Hingga emas perunggu perak dapat diraih Yo ayo Yo ayo Yogyakarta, 02 09 18

PUISI ASEAN GAMES

PAHLAWAN ASEAN GAMES Karya: Geisha Sejuta asa terpatri Untuk berjuang dan berjuang Tanpa lelah Keringat terus menetes membasahi bumi pertiwi Bukti bakti pada negeri tercinta Satu persatu emas perunggu perak diraih Tiada keluh kesah Sorak kemenangan terus bergema Asean Games menyapa mesra Moment sejarah bangsa terabadikan Dalam setiap langkah Setiap helaan napas Tanpa cucuran darah Tiada nyawa yang dipertaruhkan Hanya keringat yang membasahi tubuh Dan kekuatan jiwa dipertarukan Sorak kemenangan kembali bergema Rasa lelah terabaikan Ketika lagu Indonesia Raya berkumandang Mengharumkan bangsa Indonesia Yogyakarta, 02 09 18

KAMI MASIH TEGAR

KAMI MASIH TEGAR Karya: Geisha ( puisi untuk gempa Lombok) Tak lagi ratap kami bergema Seperti sudah terbiasa kala bumi Lombok kembali berguncang Tiada lagi rasa yang tersisa Hanya ketegaran yang masih mendiami jiwa ini Untuk Lombok yang tercinta Kami tetap disini Berdiri dipuing-puing reruntuhan Tegap tanpa bergetar sedikit pun Kami masih tegar Kami masih kuat Kami cinta bumi Lombok Walau wajahmu porak poranda Kami siap membangun kembali bumi Lombok Bukti cinta kami pada tanah kelahiran Setia sampai hayat dikandung badan Sampai Tuhan menjemput pulang Yogyakarta, 20 08 18

ASA YANG TERSISA

ASA YANG TERSISA Karya: Geisha ( puisi ini untuk Lombok yang terkena gempa susulan tgl 19 08 18) Termenung direruntuhan puing asa Apa yang dapat dilakukan dengan sisa-sisa ini Bergetar seluruh raga menyaksikan gempa susulan yang dahsyat Tak sanggup menengadahkan wajah Tuhan... Haruskah kami menyalahkan-Mu ? Derita ini atas kehendak-Mukah? Sebegitu besarkah amarah-Mu terhadap kami ? Kami yang Kau bentuk dengan kasih sayang dan cinta Ibu yang menjadi rahim kami telah terkubur puing-puing Meraung pun diri ini tak sanggup lagi Hanya puing-puing asa yang kami punya Kami tidak mau terpuruk oleh murka ini Alam yang sedang berang bersahabatlah Berhentilah menganiaya kami Sudahlah cukuplah saudara-saudara kami menjadi korban Tiada lagi yang tersisa Semua tinggal kenangan pilu Kami tetap kuat Kami tetap bangkit Untuk bumi Lombok Yogyakarta, 19 08 18

PUISI BHAYANGKARI

AKU RELA Karya : Geisha Sebuah komitmen yang harus terjaga Bukan sekedar terucap Kesetiaan dan kerelaan Menjadi sahabat setia Di benteng sunyi engkau bernaung Mengabdikan diri pada NKRI Tanpa ragu ataupun cemas Apalagi memikirkan keselamatan nyawa Aku rela membiarkanmu pergi Aku rela menanti dalam ketidak pastian Apakah dirimu yang utuh kembali Atau tinggal nama yang abadi Anak-anak selalu bertanya tentang ayahnya Aku rela menahan pilunya hati ini Menjadi ayah dan ibu bagi mereka Harapan selalu terucap dalam doa Dibatas penghujung jalan Dimana aku mengantarkan kepergianmu Sering aku berdiri menanti dirimu kembali Sampai malam kembali menjemput Yogyakarta, 04 Juli 2018

PUISI PUASA

PUASA TERAKHIR Karya : Geisha Semangat tak pernah purnah Hingga kini jelang hari terakhir Kyusuk doadoa terucap tiada henti Agar ridho diberi sampai tuntas Amanah suci terkandung di badan Niat merangkak dalam kalbu Hari demi hari terlewati dengan sempurna Tiada henti ucap syukur termantra Jiwaku dahaga Kerontang membelah kesejukan Puasa terakhir damaikan segala hasrat Teduhkan niat selama perjalanan Ramadhan Beduk bertalu serukan kemenangan Lantunan salawat puja puji Berkumandang keseluruh jagad  raya Menyudahi puasa terakhir, menyambut langkah baru Yogyakarta, 140618

PUISI KEMERDEKAAN

KEMERDEKAAN Karya : Geisha Bebas dari penjajahan Itulah merdeka saat itu Tiada lagi kerj rodi Semua tanpa ikatan Benarkah ? 17 Agustus 1945 Hari tuntasnya perjuangan Semua tangan teracung sambil mengepal Pekik Merdeka berkumandang Zaman terus bergulir Merdeka tinggal menjadi simbol Setiap tahun dirayakan dengan berbagai kegiatan Ditutup dengan upacara Banyak yang mengeluh dengan kemerdekaan zaman ini Rasa terbelenggu merasuk jiwa Bukan lagi menghadapi medan pertempuran yang mempertaruhkan jiwa raga Tapi melawan oknum tikus-tikus berdasi Begitu sulit dibasmi Hingga kemerdekaan yang tak merdeka terus menghantui Merusak masa depan anak bangsa Bangkitlah dan teruslah berjuang Merdeka ! Watu Lumbung, 17 07 2018

PUISI KEMERDEKAAN

TITIK BALIK KEMERDEKAAN Karya : Geisha Ditengah gemuruh deru perjuangan Mayat-mayat bergelimpangan Bau amis menyengat Darah, darah, darah, berceceran dimana-mana Kelam, sepi, menegangkan Tiada lagi daya untuk berjuang Telah dipertaruhkan seluruh jiwa raga Untuk meraih kemerdekaan Ditengah heningnya suasana Seruan kemerdekaan dikumandangkan Proklamasi diberitakan keseluruh penjuru dunia Indonesia telah merdeka Detik-detik mencekam telah usai Rakyat bersorak gempita Menyambut hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 Tujuh puluh tiga tahun kini usiamu Tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan Walau banyak cobaan menerpa Proklamasi tetap berkumandang Watulumbung, 18 07 18

PUISI SANG PROKLAMATOR

SANG PROKLAMATOR Karya : Geisha Gagah dan tampan Bersahaja nan rupawan Kutuliskan ini dengan hati suci Semurni perjuanganmu menyatukan rantai cinta khatulistiwa Bersuara lantang menyerukan kemerdekaan Mengoyakkan tirai belenggu Membebaskan jiwa yang terpasung Pengabdian abadi tiada batas Sang Proklamator bangsa Berdiri kokoh dan tegar Tangan teracung sambil mengepal Mengalirkan jiwa patriotisme Dibawa komando Sang Proklamator Bangsa ini menjadi berkarisma Disegani dan dikagumi oleh dunia Menjadikan Indonesia bangsa yang besar Dipusaramu kutabur melati putih Lantunan doa mengalir bagai baktimu tanpa batas Beristirahatlah dalam bumi pertiwi Terimakasih untuk bakti dan jasamu Sang Proklamator Sang Putra Fajar Sang Guru Besar Sang Maha Karya Watulumbung, 17 07 18

PUISI MALAM

AKU DAN MALAM Karya : Geisha Di hutan yang sunyi ini Kuterdiam menyepi Menatap langit yang berbintang Diterangi cahaya bulan sabit Perlahan suara jangkrik  mengalun Menghibur diriku dalam kesunyian Entah apa yang aku rasakan kini Hanya sepi merasuk jiwa Malam yang kunanti Hanya ingin mengerti dirimu Dalam alam dan hembusan angin Ingin kulalui bersama dalam sepi Beralas tikar kuterlentang Menikmati malam yang syahdu Dengan tatapan kosong Pikiran pun kosong Yogyakarta, 23 07 18

PUISI PURNAMA

PURNAMA KEDUA Karya : Geisha Engkau kembali berkunjung Aku tak siap didatangi Gundah gulana hati ini Saat menanti kembalimu banyak yang terjadi Samar kumemandang keindahanmu Elok nan rupawan wajahmu Cahayamu yang sempurna Tak mampu jua menghibur diriku Kutetap menatapmu Sangat indah nan menawan Menggodaku dengan cahaya kasih Menerangi gulita malamku Perlahan engkau beranjak Menghilang dibalik awan Kutunggu dirimu kembali Menjengukku dalam kerinduan Yogyakarta, 27 07 18

PUISI PERJUANGAN

CATATAN SEJARAH Karya : Geisha Aku bambu yang tak berdaya Ketika ujung dari ruasku di tebas Menjadi runcing dan tajam Sangat menakutkan bagi meneer Tubuhku yang mungil Umur yang belum dewasa Harus menjadi prajurit Bertarung jiwa dan raga Tak pernah tidur dikasur empuk Memakai baju bagus Alam jadi rumahku Tumbuhan liar jadi makananku Bambu runcing sahabat sejati Menjadi simbol kekuatan pada jaman itu Melawan mener-mener yang bersenjata Tetap tegar untuk NKRI Entah, aku dimakamkan jika tewas di medan pertempuran Atau tubuhku dicabik-cabik burung gagak Itu tak penting ! Bagiku, berjuang dan berjuang tanpa lelah Kini Merah Putih  telah berkibar Menari riang di angkasa Tanpa tau berapa nyawa yang telah menjadi korban Atau darah yang tercurah Aku bangga menjadi pejuang bambu runcing Yogyakarta, 01 08 18

PUISI MERAH PUTIH

AKU MERAH DAN PUTIH Karya : Geisha Bahkan sejak dari dalam kandungan ibuku Aku telah mengenal merah dan putih Tiada letih ibu bercerita tentangmu Hingga lahirpun masih terngiang cerita itu Walau aku belum pandai berbicara Mataku telah melihat dengan jelas Merah Putih tertancap dimana-mana Indah sekali melambai kepadaku Saat memasuki usia sekolah Merah Putih juga ada Tertancap ditiang yang tinggi sekali Sampai aku sulit untuk melihatnya Dan itu ditengah halaman sekolah Tiap hari senin kami upacara bendera Hormaaatt grak...! Aku berpikir kenapa hanya tiap hari senin menghormatimu Jika aku memberi hormat tiap hari, nanti aku dikira gila Ah, Merah dan Putih Sepanjang usia aku kan menghormatimu Bagai veteran yang telah usang dimakan usia Tetap memberi hormat walau tertatih Selamat ulang tahun RI ke- 73 Yogakarta, 01 08 18

PUISI SECANGKIR KOPI

TENTANG SECANGKIR KOPI DAN SEBATANG ROKOK Karya : Geisha Sekawan yang setia Menemani di pagi hari Mentari belum lagi tersenyum Menyapa hari Secangkir kopi terhidang Asap mengepul dari mulutnya yang bundar Panas dan kental Hitam manis Sebatang rokok tersulut Asap mengepul dari bibir seksi Menari di angkasa Lalu lenyap ditiup angin Secangkir kopi dan sebatang rokok Bagai dupa harum mewangi Memantrai bagi setiap insan Pecandu-pecandu nikmat larut dalam godaannya Yogyakarta, 08 08 18

PUISI MERAH PUTIH

MERAH PUTIH RAKSASA Karya : Geisha ( Bendera di Kibarkan tgl 13 Agustus 2018) di Puncak Buchu, Goesita Gunung Api Purba, Nglanggeran Gunungkidul DIY) Engkau hanya menggotong Berjalan tanpa berlari Hanya peluh yang menetes Kakipun tak lecet Tahukah engkau wahai insani Berapa nyawa telah gugur ? Darah yang mengalir dari nadi  Untuk Merah Putih  terus terkibar Baik perbuatanmu Wahai pemuda negeri Cinta Tanah Air pada Merah Putih tiada pupus Penghormatan suci bagi pahlawan yang purna Kibarkanlah Merah Putih raksasa itu tanpa gentar Selimuti bumi pertiwi  dengan  jiwa nasionalismu Berani dan suci  menggetarkan hasrat yang ingin Menggapai negeri bagi persatuan Jayalah Indonesia di 73 Tahun Yogyakarta, 10 08 18

PUISI GEMPA LOMBOK

GEMPA SUSULAN LOMBOK Karya : Geisha Belum lagi jiwa ini tenang Perasaan yang masih gundah Puing-puing reruntuhan belum tertata Tanah kuburan masih basah Jeritan kembali menggema Bumi Lombok berguncang Seperti sedang mabuk berlarian sempoyongan Hanya untuk mencari tempat berteduh Kuasa Ilahi memenuhi bumi Memberi isyarat akan kehidupan Alam merespon tanpa bisa menolak Kembalilah...pulanglah... Berbenah diri akan apa yang terjadi Ridhomu Tuhan selalu kami nanti Biarkanlah kami selalu bersyukur Atas semua nikmat ini Yogyakarta, 05 08 18

PUISI GEMPA LOMBOK

LOMBOK DAN MERAH PUTIH Karya : Geisha (Puisi ini terinspirasi dari sahabat2 di Lombok, walau porak poranda Merah Putih tetap berkibar) Zaman yang bergejolak tanpa ingin Alam pun tak dapat membendung rasa Salah siapakah semua ini ? Walau hasrat menggebu mencari tahu Tertatih langkah memapah tiang Bergetar jemari mengais hasrat Mengusung Merah Putih berkibar Tanpa ragu menyapa bumi Lombok Porak poranda bukan rintangan Gempa berguncang bangkitkan jiwa patriot Impian mula sambut hari merdeka pupus Dan mimpi terkubur reruntuhan puing Merah Putih meraja di Lombok Mungkin sudah saatnya berusai mengeja Pada kemauan yang terurai Mengakhiri langkah yang menggebu Menghimpun doa pada ladang jiwa Untuk korban yang tak berdosa Mati bukan untuk merebut Merah Putih Takdir hidup menjemput raga Penghormatan suci untuk korban bencana Merah Putih masih berkibar di bumi Lombok Janji setia walau mimpi telah terkubur Hasrat kan terus bergema hingga akhir hayat Yogyakarta,

PUISI KEMERDEKAAN

MERAH PUTIH Karya : Geisha Berani dan suci Berkibar bagi kejayaan negeri Menari dengan gemulai di angkasa Diterpa angin sepoi yang sejuk Merah Putih gagah perkasa Menyatukan harkat dan martabat Rakyat Indonesia Jiwa raga dipertaruhkan Demi membela keutuhanmu Darah mengalir membasahi bumi pertiwi Seruan kemerdekaan menggema Tersiar keseluruh belahan bumi Merdeka ! Merdeka ! Merdeka ! Merah Putih tertancap di tiang paling tinggi Melanjutkan cita-cita perjuangan pahlawan Tak gentar walau berulang kali terseret, tercabik-cabik, dibakar Bahkan dikubur sekalipun Jayalah bangsaku Indonesia Dirgahayu ke 73 Merah Putih kan terus berkibar Dan terjaga untuk kesatuan NKRI Watu Lumbung, 17  07 18

PUISI KEMERDEKAAN

TERIMAKASIH Karya : Geisha Proklamasi Kami bangsa Indonesia Dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya Merdeka ! Merdeka ! Merdeka ! Pentas kemerdekaan menggema Tersiar keseluruh dunia Rantai belenggu terkoyak Terimakasih pahlawanku Segala jasa baktimu bagi ibu pertiwi tiada ternilai Jiwa raga bagai tumbal perjuangan Darah yang menetes dari tubuhmu menjadi sesajian mewangi Apa balas kami bagimu Wahai pahlawan kemerdekaan Tanda jasa, yang tak kau nikmati Tabur bunga dan doa suci Perjuanganmu tetap terjaga Merah Putih tetap berkibar Proklamasi tetap berkumandang Tangan mengepal menjadi karya anak negeri Watulumbung, 17 07 18

PUISI PETANI

PEJUANG PETANI Karya : Geisha Cangkul dan bajak Itulah senjata kami Asa terpatri di dada Berjuang untuk petani Lahan kosong kami tanami Dengan berbagai flora Keringat  membasahi tubuh Menjadikan semangat untuk terus berjuang Tiba masa panen Hati kami begitu riang gembira Namun kadang kami menangis Kecewa dengan para tengkulak Kami menderita di negeri merdeka Diskriminalisasi karena mempertahankan tanah Didikte pasar atas harga produk pangan Diiming-iming ini dan itu dari perusahaan Lama kelamaan sawah dan ladang kami berubah bentuk Kearifan  lokal  telah lenyap Ditelan gedung-gedung bertingkat Tiada lagi padi menguning Burung-burung kehilangan kesejukan Gemercik air tak lagi terdengar Suara kodok pun lenyap Semua lenyap bagai dalam peti mati Bagaimana kami bisa tertawa Bahkan tersenyum pun tak sanggup kami beri Kehidupan kami terhimpit Tercabik diantara derunya suara mesin-mesin pabrik Dimana keadilan untuk petani Kami tersingkir dan terpinggirka

PUISI KEMERDEKAAN

EMAK Karya : Geisha Selamat pagi emak Katanya hari ini Indonesia merdeka Kita harus menaikkan bendera Merah Putih Mana tiang benderanya emak ? Kita ikut upacarakah? Layakkah kita ? Kita tak diundang emak Lagipula baju kita lusuh semua Orang-orang akan menertawakan kita emak Mencibir, menghina, bahkan mengusir Ah...sungguh malang nasib kita emak Terpuruk tak punya apa-apa Tak mengapa emak Aku tetap bahagia Walau keadaan kita yang kekurangan Hati kita kaya akan ketulusan Ayo emak Hormat bendera Merah Putih Kemudian kita tabur bunga di pusara  pahlawan Doa suci untuk jasa-jasanya Yogyakarta, 24 07 18

VIDEO DRAPING MEMBUAT KERAH REBAH

VIDEO DRAPING GARIS PRINSES

VIDEO PUISI SUMBER AIR SU DEKAT

DRAPING MEMBUAT GARIS BADAN DAN GARIS HIAS

DRAPING POLA BLUS BELAKANG

VIDEO DRAPING ROK BELAKANG

VIDEO DRAPING ROK

VIDEO PUISI SUMBER AIR SU DEKAT

VIDEO BACA PUISI DI TITIK NOL JOGYAKARTA

VIDEO DRAPING POLA DASAR BLUS BAGIAN MUKA